Kesuksesan itu merupakan buah dari pengetahuan dan perjuangan seseorang

Kamis, 10 Januari 2013

Psikologi Klinis Anak




Karakteristik Psikologi Klinis Anak
1.        Masalah Penyerahan (referral Issues)
Ketika anak-anak mengalami stress mereka akan tergantung kepada orang tua, gur, dan orang dewasa lainnya untuk menentukan apakah mereka perlu dibawa ke ahli professional atau tidak.
2.        Developmental Consideration “Pertimbangan Perkembangan”
Masalah khusus yang berkembang pesat dalam masalah fisik, psikologi dan perkembangan sosial yang terjadi pada anak-anak merupakan penyebab mengapa anak perlu mendapatkan bantuan psikolog klinis.
3.        Temperamen Anak-Anak
Ditujukan untuk gaya tingkah laku anak, bagaimana anak menghasilkan dan berinteraksi pada suatu kejadian dalam lingkungannya. Temperamen dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu temperamen mudah, sulit dan sedang.
4.        Kedekatan Awal
Temperamen anak bisa dipengaruhi oleh kualitas kedekatan hubungan yang terjadi antara anak pada saat bayi dengan orang tuanya dan pengasuhnya, karena kualitas kedekatan (attachment) pada tahun-tahun pertama dalam kehidupan memainkan peranan penting dalam pembentukan kepribadian awal.
5.        Bentuk Interaksi antara Orang Tua dan Anak
Penelitian yang dilakukan pada temperamen anak dan kedekatannya terhadap orangtua mempengaruhi pandangan psikologi klinis mengenai hubungan antara orang tua dan anak secara umum, ini dikarenakan mereka harus memberikan perhatian yang lebih kepada anak-anak mereka.
6.        Stressor pada Anak
Pengadopsian suatu model psikopatologi diathesis-stress membuat psikolog klinis anak tidak hanya melihat pada diathesis (seperti temperamen, masalah attachment, keterbatasan kognitif dan pengaruh genetic), tetapi juga pada stressor lingkungan yang bervariasi yang memungkinkan ekspresi gangguan lebih mungkin.
7.        Child Abuse
Definisi child abuse mengalami perluasan, selain kekerasan juga termasuk penyia-nyiaan anak, kekerasan psikologis, kekerasan seksual dan eksploitasi. Penyia-nyiaan ditujukan pada kegagalan dalam pemenuhan kebutuhanfisik dan emosional. Sangat banyak orang tua yang melakukan kekerasan disebabkan karena mereka mengalami gangguan. Penanggulangan untuk anak-anak yang mengalami kekerasan yaitu dengan menempatkan mereka pada orang tua asuh. Program orang tua asuh juga ditujukan kepada orang tua yan melakukan kekerasan pada anak.

Proses Assessment Dalam Psikologi Klinis Anak
1.        Skala Penilaian (Rating Scale) Tingkah Laku
Rating scale merupakan suatu hal yang murah dan mudah untuk diadministrasikan bentuknya bisa dilengkapi dan dikembalikan pada ahli yang berkompeten jadi bisa dievaluasi sebelum dilakukan proses asesmen secara formal atau orang tua bisa melengkapi bentuk rating scale tersebut sambil menunggu di ruang klinik.
Standarisasi rating scale meliputi hampir seluruh permasalahan tingkah laku pada anak, jadi ini memberikan pandangan luas bagi psikolog klinis dalam melihat masalah anak termasuk conduct dan kecemasan sebaik masalah hubungan sosial dan fungsi sekolah. Data normative tersedia pada rating scele seperti (Child behavior check list ) hal tersebut memberikan kesempatan pada tingkahlaku anak untuk dievaluasi dan dibandingkan dengan kelompok yang  lebih besar yang memiliki kesamaan gender yang seusia. Karna gampang di administrasikan rating scale bisa digunakan pada kejadian yang berulang- ulang seperti ketika memonitoring evektivitas program treatmen.

2.        Wawancara Klinis
Psikologi klinis biasanya sering mewawancarai orangtua untuk menggali informasi tentang anaknya, tujuan mewawancarai orang tua anak yaitu:
a.        Membangun raport
b.        Menggali masalah anak secara spesifik dan rinci.
c.        Memetakkan masalah anak
d.        Mengumpulkan seluruh sejarah perkembangan anak.
e.        Menggali seluruh factor-faktor keluarga yang memperburuk masalah anak meliputi pertengkaran orang tua, persaingan antar saudara dan gangguan pengasuhan.
Untuk mengumpulkan informasi tentang mereka tujuannya adalah:
a.        Membangun raport.
b.        Mengevaluasi pemahaman anak tentang permasalahan tingkah laku mereka.
c.        Mengancam? Apakah anak percaya bahwa mereka tidak mampu mencegah kejadian buruk yang tejadi disekolah
d.        Mengobservasi anak selama wawancara berlangasung.

3.        Tes Inteligensi Dan Prestasi
Jika psikolog hanya memiliki kesempatan satu kali bertemu dengan klien (anak), maka lebih baik menggunakan tes inteligensi dan presentasi untuk mengumpulkan informasi kareana:
a.        Dibandingkan dengan tes yang lain atau prosedur wawancara tes IQ dan prestasi memiliki data normative yang paling baik, dan bisa membedakan kemampuan anak dari anak yang satu dengan anak yang lain dalam tingkat usia yang sama.
b.        Memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.
c.        Tes ini melihat kesulitan akademis dan tingkahlaku yang terjadi di dalam kelas.
d.        Tes ini mengumpulkan kelebihan dan kekurangan pada masalah kognitif dan akademik anak.
e.        Tes ini memberikan  standarisasi situasi bagi psikolog klinis untuk mengamati tingkat aktivitas anak, kemampuan anak untuk mengikuti intruksi, kecepatan dalam merespon, kemampuan mengalihkan perhatian, flksibilitas dalam berfikir, kecemasan dan merespon baik situasi yang menyenangkan dan menyakitkan.
Meskipun banyak manfaat yang diperoleh, psikolog klinis tetap harus mempertimbangkan keterbatasan pada tes inteligensi dan penerimaan karena:
a.        Tes IQ dan prestasi bisa menjadi bias pada anak minoritas atau anak yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa kedua.
b.        Terlalu percaya pada hasil tes IQ, sehingga pababila anak memiliki hasil tes IQ rendah maka harapan menjadi rendah sehingga hal ini bisa menurunkan keberhasilan orang selain dari inteligensi.
c.         
4.        Tes proyektif
Tes proyektif yang bisa diberikan pada nak yaitu tes Rorschach, children’s apperception tes (CAT) , mutual story telling teqnique, tes menggambar seperti tes DAP dan Hous Tree Person, namun tes proyektif yang di berikan pada anak sering memberikan hasil yang kurang memuaskan dalam proses asesmen.

5.        Observasi Tingkah Laku
Masalah tingkahlaku yang terjadi pada anak-anak biasanya tidak hanya terjadi di rumah tetapi juga terjadi di sekolah. Dengan mengamati anak , maka para psikolog klinis anak bisa mendapat hasil yang valid, mendapatkan informasi dari orang tua dan guru yang mereka wawancara dan skala penilaian tingkah laku. Dalam observasi selain psikolog mendapatkandata tingkah laku anak, juga mendapatkan  informasi apa yang menyebabkan dan menguatkan anak mengapa melakukan tingkah laku tersebut.

6.        Mengukur Interaksi Keluarga Dan Teman
Anak-anak hidup didunia sosial yang berbeda, yaitu rumah, sekolah, dan tempat bermain. Psikolog klinis tertarik dan berusaha untuk mengumpulkan data dan menilai pengaruh yang dihasilkan dari berbagai macam lingkungan sosial dimana anak tinggal.
a)        Asesmen yang diperoleh dari hubungan anak dengan teman sebayanya
Hal ini dikarenakan saat kita meneliti ini maka akan mengingat bagaimana perkembanga emosi kita dipengaruhi oleh teman-teman. selain itu , banyak kemampuan sosial (sikap saling berbagi, bekerjasama dll.) dipelajari dan diperoleh dengan baik dari hasil interaksi antara anak dengan teman- temannya.
b)       Asesmen yang di peroleh dari interaksi anak dengan keluarganya
Proses asesmen ini di fokuskan pada tingkahlaku orang tua. Karena kesalahan orang tua dalam mengasuh merupakan salah satu penyebab psikopatologi pada anak.

7.        Tes Kepribadian
Kepribadian biasanya menjadi karakteristik dari individu dan menentukan bagaimana individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.
8.        Tes
dalam konteks klinis neuropsychological asesmen melakukan percobaan untuk mengetahui fungsi- fungsi jaringan otak yang dihubungkan dengan prilaku-prilaku objektif yang tergantung pada susunan syaraf pusat secara keseluruhan.
Yang mendasari asesmen neuropsikologi adalah pengukuran perilaku yang digunakan untuk membuat kesimpulan tentang kerusakan sistem syaraf pusat dan yang lebih penting adalah mengetahui akibat dari kerusakan tersebut pada anak- anak.informasi dari asesmen psikologii klinis digunakan untuk mendiagnosis, merencanakan treatmen, mengumpulkan bagian dari penyembuhan, dan mengukur hal- hal yang tidak Nampak berpengaruh terhadap peningkatan dan diterapkan pada anak- anak dengan penggunan neurologis atau gangguan belajar.
Penanganan Gangguan Pada Masa Kanak-Kanak
Penanganan gangguan pada masa kanak-kanak ini berbeda dengan penanganan untuk orang dewasa. Sama halnya dengan asesmen yang dilakukan, tetapi pada anak- anak mengalami tantangan special karena nak-anak tidak dapat mengevaluasi diri sendiri atau melaporkan diri secara efektif dank arena anak-anak tidak merasa melakukan bantuan maka kontak terapis adalalah melalui motivasi dan kerjasama dari orang tua mereka. Ada beberapa terapi yang dapat di gunakan antara lain:
a.        Terapi Psikodinamik
b.        Terapi Perilaku
c.        Cognitive-Behaviour Interventions
d.        Intervensi Secara Biologis
e.        Pendekatan Integrasi Untuk Menangani Gangguan Pada Anak-Anak.
f.         Client- Centered Treatment
g.        Terapi Keluarga
h.        Penggabungan Treatmen (Combined Treatment)
Gangguan Spesifik pada Masa Kanak-Kanak
·          Depresi pada Masa Kanak-Kanak
Depresi pada anak-anak sama dengan depresi pada orang dewasa yaitu meliputi manifestasi dari emosi, kognitif, perilaku dan fisik, tetapi gejala-gejala ini berbeda tergantung yahap perkembangn anak-anaknya. Terapi yang digunakan adalah terapi keluarga, pendekatan kognitif, modeling dan permainan peran.
·          Gangguan Belajar
Yakni kesulitan anak untuk menguasai satau atau lebih pelajaran dasar, contohnya membaca atau mengajarkan soal matematika.  Gangguan dalam empat kelompok keterampilan telah diidentifikasi pada gangguan matematika yaitu keterampilan linguistic, perceptual, matematika dan atensional. Terapi yang digunakan adalah pendekatan remedial (remedial educational approach).
·          Retardasi Mental
Gangguan yang heterogen terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun.
·          Autis pada Anak-Anak
Autis memiliki beberapa masalah dalam interaksi sosial dan bahasa, dan juga menampilkan perilaku yang sangat berbeda dari orang lain. Masalah mereka dalam sosial adalah tidak tertarik dengan orang lain, tidak mencari orang lain dan sejak bayi mereka menghindari kontak mata, kontak fisik dan mereka menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada emosi. Autis sering menunjukkan tingkah laku yang sangat aneh, kadang mereka bereaksi kurang atau berlebihan terhadap lingkungan. Terapi yang digunakan adalah menggunakan metode pendidikan dan perilaku.
·          Attention Deficit Hyperactifity Disorder (ADHD)
Gangguan yang biasanya terjadi pada masa kanak-kanak, umumnya pada usia sekolah. Ciri utamanya adalah tidak dapat memusatkan perhatian, impulsive, dan terlalu banyak bergerak. Selain itu ADHD juga bertingkah laku yang bermacam-macam dan bermasalah dalam belajar, termasuk agresif dan nakal, sering melawan perintah orang dewasa, dan mempunyai masalah dalam interaksi sosial. Terapi ini adalah berupa farmakologi dan psikoterapi, guru dan orang tua membangun struktur reinforcement dengan menggunakan model terapi perilaku dan menerapkannya pada lingkungan fisik dan interpersonal.
·          Gangguan komunikasi
Berupa gangguan bahasa ekspresif, bahasa reseptif/ekspresif campuran, gangguan fonologis, gagap dan gangguan komunikasi tidak ditentukan. Gangguan bahasa ekspresif pada anak-anak berada di bawah kemampuan yang diharapkan dalam hal perbendaharaan kata, pemakaian keterangan waktu yang tepat, produksi kalimat yang kompleks,dan mengingat kata-kata. Sebgaian besar gangguan bahasa pada anak termasuk ke dalam kategori perkembangan. Terapi untuk gangguan bahasa ekspresif adalah terapi bahasa.
·          Skizoprenia dengan Onset Masa Kanak-Kanak
Skizopren pada anak-anak prapubertal ditunjukkan dengan sekurang-kurangnya dua hal yaitu waham, bicara atau perilaku yang tidak jelas terdisorganisasi dan menarik diri yang parah sekurang-kurangnya satu bulan. Terapi skizoprenia dengan onset anak-anak adalah termasuk kedalam pendekatan multimodalitas. Terapi menggunakan obat-obatan memberikan indikasi cukup efektif.

2.2 TEORI “ASPERGER”
Definisi Asperger
Lorna Wing adalah tokoh pertama yang menggunakan istilah Sindrom Asperger dalam sebuah makalah yang dipublikasikan pada 1981. Ia menggambarkan sekumpulan anak dan orang dewasa yang memiliki karakteristik kecakapan dan perilaku yang untuk pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatrik yang berasal dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang benar-benar tidak lazim dalam kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitifnya.  Pada tahun 1990-an, Sindrom Asperger dipandang sebagai sebuah varian autisme dan kelainan perkembangan pervasif, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi perkembangan kecakapan dalam rentang yang luas. Kini, Sindrom Asperger dianggap sebagai suatu subkelompok dalam spektrum autistik dan memiliki kriteria diagnostik tersendiri (Attwood, 2002). Sindrom Asperger dibedakan dengan gejala autisme lainnya dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan, bahkan dengan IQ yang relatif tinggi atau rata-rata (ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autisme lainnya). Sindrom Asperger juga bukanlah sebuah penyakit mental. Penderita sindrom Asperger rata-rata memiliki gramatikal dan vocabulary yang cukup baik pada masa awal pertumbuhannya. Hanya saja mereka tidak bisa menerapkan bahasa secara harafiah dan kontekstual atau dengan kata lain tidak mempunyai kemampuan mengungkapkan pesan melalui penggunaan bahasa dengan lancar sehingga mereka susah diterima oleh komunitas social.
Lebih lanjut Lorna Wing menjelaskan cirri-ciri klinis utama syndrome asperger adalah sebagai berikut :
·          Ketiadaan empati;
·          Naïf, serba salah, dan interaksi satu arah;
·          Tidak punya kemampuan, atau hanya punya kemampuan kecil untuk mengembangkan persahabatan;
·          Ujarannya menonjolkan pengetahuannya, atau berulang;
·          Miskin komunikasi non verbal;
·          Penyerapan luar biasa pada subjek-subjek tertentu;
·          Kikuk, gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dengan baik dan sikap tubuh yang ganjil.
Para pengidap Sindrom Asperger mempersepsi dunia secara berbeda. Bagi mereka, semua orang sangat aneh dan membingungkan. Cara mereka dalam mempersepsi dunia kerap membawa mereka ke hal yang bertentangan dengan cara-cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang konvensional (Attwood, 2002).
Ketika orang berbicara, umumnya mereka menggunakan bahasa tubuh seperti senyuman dan komunikasi nonverbal lainnya, dan juga kata-kata yang dikeluarkan oleh mereka cenderung memiliki kesulitan untuk memahamibentuk-bentuk komunikasi non-verbal serta kata-kata yang memiliki banyak arti seperti itu, dan mereka hanya memahami apa arti kata tersebut, seperti apa yang ia pahami di dalam kamus. Para penderita sindrom Asperger tiak mengetahui bagaimana memahami ironi, sarkasme, dan penggunaan bahasa slang, apalagi memahami mimic muka/ ekspresi orang lain. Mereka juga tidak tahu bagaimana caranya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung menjadi pemalu.
Para penderita sindrom Asperger cenderung lebih baik dibandingkan orang-orang lain dalam beberapa hal seperti matematika dan hitung-hitungan, tulisan serta pemrograman komputer. Banyak Penderita sindrom Asperger memiliki cara penulisan yang lebih baik dibandingkan dengan cara mereka berbicara dengan orang lain. Mereka juga memiliki sebuah minat yang khusus yang mereka tekuni dan bahkan mereka menekuninya sangat detail, serta mereka justru menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering melewatkannya.
Etiologi Asperger
Dalam Attwood (2002), ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki gangguan Asperger, antara lain:
·          Dalam tesis Hans Asperger (1944), ia mengajukan bahwa kondisi asperger dapat diwarisi.
·          Secara genetis telah diidentifikasikan bahwa lokasi-lokasi yang rapuh berada dalam kromosom X dan kromoson 2, serta anomaly-anomali kromosomal lainnya, seperti translokasi, telah diasosiasikan dengan Sindrom Asperger ini. Lebih khusus lagi, anak-anak yang mengidap Sindrom X Rapuh, yaitu suatu abnormalitas genetis yang relative umum, dapat mengembangkan karakteristik-karakteristik yang sesuai dengan Sindrom Asperger.
·          Kondisi-kondisi prakelahiran, sekitar masa kelahiran, dan pasca kelahiran yang kemungkinkan menyebabkan kerusakan otak dapat menimbulkan Asperger.
·          Tampaknya, Sidrom Asperger juga lebih banyak terjadi pada bayi-bayi yang berbobot kurang dan pada ibu yang hamil di atas usia 30 tahun  
·          Neurologis Sindrom Asperger merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengacu pada disfungsi struktur dan sistem dalam otak. Terdapat semakin banyak bukti yang menyatakan bahwa lobus frontal dan lobus temporal otak penderita Asperger terganggu. Khususnya pada wilayah depan-tengah atau area 8 Broadman. Juga terdapat bukti disfungsi selaput otak dibagian kiri yang mungkin serupa dengan sindrom yang disebut gangguan belajar nonverbal.
·          Asperger tidak disebabkan karena pola pengasuhan orang tua yang kurang.
Kriteria Diagnosis Kelainan Asperger
Sindrom Asperger pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatri (ahli kesehatan anak) dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang tidak memiliki kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitif. Ia menggunakan istilah “Psikopati Autistik” untuk menjelaskan gejala ini. Baik Leo Kanner maupun Hans Asperger menggambarkan anak-anak tersebut sebagai orang yang memiliki interaksi sosial yang sangat minim, kegagalan berkomunikasi, dan perkembangan pada minat-minat khusus. Leo Kanner menggambarkan anak-anak dengan ekspresi Autism yang lebih para, sementara Hans Asperger menjelaskan anak-anak yang lebih memiliki kecakapan. Adapun kriteria diagnostik gangguan Asperger menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Asperger
A.       Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut:
1)          Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
2)          Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkan perkembangan.
3)          Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain.
4)          Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.
B.       Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:
1)          Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.
2)          Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan non fungsional.
3)          Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya, menjentikkan atau memuntirkan tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh).
4)          Preokupasi persisten dengan bagian-bagian benda.

C.       Gangguan menyebabkan ganggguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D.       Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun, frasa komunkatif digunakan pada usia 3 tahun).
E.       Tidak terdapat keterlambatan yang bermakna secara klinis dalam perkembangan kognitif atau dalam perkembangan keterampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia (selain dalam interaksi sosial), dan keinginan tahuan tentang lingkungan pada masa anak-anak.
F.        Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perkembangan pervasif spesifik atau skizofrenia.

Catatan: berbeda dengan autis infantil asperger baru dapat terdeteksi saat umur 6 – 11 tahun.

2.3 KASUS
Albert Einstein
                Albert Einstein (14 Maret 1879–18 April 1955) adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Pada umur lima, ayahnya menunjukkan kompas kantung, dan Einstein menyadari bahwa sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas tersebut; dia kemudian menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat yang paling menggugah dalam hidupnya. Meskipun dia membuat model dan alat mekanik sebagai hobi, dia dianggap sebagai pelajar yang lambat, kemungkinan disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya (diteliti setelah kematiannya). (http://irvan-bloglengkap.blogspot.com/2011/10/biografi-tokoh-albert-enstein.html)
                Di waktu kecilnya Albert Einstein nampak terbelakang karena kemampuan bicaranya amat terlambat. Wataknya pendiam dan suka bermain seorang diri. Bulan November 1981 lahir adik perempuannya yang diberi nama Maja. Sampai usia tujuh tahun Albert Einstein suka marah dan melempar barang, termasuk kepada adiknya. Minat dan kecintaannya pada bidang ilmu fisika muncul pada usia lima tahun. Ketika sedang terbaring lemah karena sakit, ayahnya menghadiahinya sebuah kompas. Albert kecil terpesona oleh keajaiban kompas tersebut, sehingga ia membulatkan tekadnya untuk membuka tabir misteri yang menyelimuti keagungan dan kebesaran alam.
                Meskipun pendiam dan tidak suka bermain dengan teman-temannya, Albert Einstein tetap mampu berprestasi di sekolahnya. Raportnya bagus dan ia menjadi juara kelas. Selain bersekolah dan menggeluti sains, kegiatan Albert hanyalah bermain musik dan berduet dengan ibunya memainkan karya-karya Mozart dan Bethovee.
                Dia diberikan penghargaan untuk teori relativitasnya karena kelambatannya ini, dan berkata dengan berpikir dalam tentang ruang dan waktu dari anak-anak lainnya, dia mampu mengembangkan kepandaian yang lebih berkembang. Pendapat lainnya, berkembang belakangan ini, tentang perkembangan mentalnya adalah dia menderita Sindrom Asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme. Einstein mulai belajar matematika pada umur dua belas tahun. Ada gosip bahwa dia gagal dalam matematika dalam jenjang pendidikannya, tetapi ini tidak benar; penggantian dalam penilaian membuat bingung pada tahun berikutnya. Dua pamannya membantu mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains dan matematika. 
2.4 ANALISIS KASUS
Pada masa kecil Einstein terlihat sebagai anak yang pendiam, suka bermain sendiri (menghindari permainan kelompok), keterlambatan dalam belajar yang mungkin disebabkan oleh disleksia, Einstein terlihat terbelakang karena kemampuan bicaranya amat lambat.  Emosi anak penderita asperger juga bisa mengacau atau agresif , ini terjadi pada einstein, ia suka marah dan melempar barang termasuk kepada adiknya. Ciri-ciri yang ditampilkan dalam perilaku Einstein sesuai dengan ciri-ciri klinis yang disampaikan Lorna Wing pada anak yang menderita Sindrom Asperger, yakni ;  Ketiadaan empati; naif, serba salah, dan interaksi satu arah; dan tidak punya kemampuan, atau hanya punya kemampuan kecil untuk mengembangkan persahabatan; miskin komunikasi non verbal.
Penderita Asperger sebenarnya rata-rata memiliki gramatikal dan vocabulary yang cukup baik. Hanya saja mereka tidak bisa menerapkan bahasa secara harafiah dan kontekstual atau dengan kata lain tidak mempunyai kemampuan mengungkapkan pesan melalui penggunaan bahasa dengan lancar sehingga mereka susah diterima oleh komunitas social. Hal inilah yang terjadi pada Einstein, ia memiliki IQ yang tinggi, memungkinkan gramatikalnya vocabularynya yang cukup baik, namun tidak mampu mengungkapkannya di dalam bahasa yang lancar.
Einstein mengalami keterpesonaan terhadap suatu hal yaitu pada kompas yang sewaktu kecil diberikan oleh ayahnya dan semenjak itu ia mencintai dan sangat minat terhadap pelajaran fisika dan mempelajarinya secara mendetail. Sampai menghasilkan teori-teori fisika dan mendapatkan Nobel Fisika pada tahun 1921. Hal ini juga sesuai dengan ciri-ciri klinis yang dijelaskan Lorna Wing untuk anak penderita Sindrom Asperger yaitu penyerapan luar biasa pada subjek-subjek tertentu.
Einstein meninggal tahun 1955 lalu, irisan otak Einstein itu disimpan di Muetter, museum dan perpustakaan sejarah medis yang terletak di Philadelphia. Orang yang pertama kali memiliki irisan otak penemu hukum relativitas itu adalah Dr. Thomas Harvey dikarenakan ingin melihat peyebab kematian Einstein dan ingin mengetahui kaitan antara kepintaran yang dimiliki dan sindrom asperger yang dideritanya. Pemilik terakhir irisan otak Einstein adalah Dr. Lucy Rorke-Adams, ia mengatakan  bahwa “Saya telah melihat otak manusia lebih dari 50 tahun. Saya melihat struktur otak anak muda, paruh baya, dan orang tua. Struktur otak Einstein seperti yang dimiliki pada anak muda. Sangat luar biasa. Otak tersebut tidak menunjukkan perubahan yang berkaitan dengan usia,” (http://sidomi.com/38135/irisan-otak-einstein-dipamerkan-di-museum-muetter/)

2.5 INTERVENSI DAN TREATMEN
Para ahli kesehatan mental menilai penting untuk melakukan intervensi awal. Intervensi ini melibatkan pelatihan pendidikan dan kemampuan sosial yang dilakukan saat otak anak masih berkembang. Sesuai dengan perkembangan otak, jika kelainan itu diketahui lebih dini, maka bisa distimulasi atau diberi obat agar berkembang ke arah yang baik. Namun, jika sudah terlambat mendeteksinya, yaitu sudah berusia lima atau enam tahun, maka sulit penanganannya karena perkembangan otak sudah berhenti.
Penanganan untuk sindrom asperger adalah dengan melakukan pelatihan kemampuan sosial, terapi bahasa, memilih intervensi pendidikan khusus untuk anaknya, pelatihan untuk kemampuan sensoriknya, meminta bantuan psikoterapi serta jika dibutuhkan menggunakan bantuan obat-obatan.
Kini teknik-teknik terapi sudah jauh lebih maju dan fasilitas sudah banyak. Dokter spesialis anak konsultan Neurologi, dr Hardiono D Pusponegoro, Sp.A(K), memaparkan salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak si anak bermain. Stimulasi ini diketahui memperbaiki sinaps dan meningkatkan kadar serotonin. Menurut Hardiono, anak asperger masih bisa diterapi, terutama dalam hal kemampuan bersosialisasi. Pasalnya, kemampuan mereka bersosialisasi sangat kurang. "Cara terapi yang paling baik adalah mengajarkan anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Terapi dalam bentuk peer group akan lebih baik lagi," paparnya.Hal ini ditujukan untuk mengajarkan emosi social. Misalnya, mengajarkan bagaimana harus bersikap jika menghadapi situasi tertentu.
R. Kaan Ozbayrak,MD, Assistant Professor of Psychiatry University of Massachusetts Medical School menambahkan, beberapa hal lain yang dapat dilakukan untuk membantu anak-anak penderita sindrom asperger. Terapi atau pengobatan yang dilakukan juga harus disesuaikan.
Secara umum Ozbayrak mengatakan, anak-anak penderita sindrom asperger akan banyak terbantu oleh orangtua yang memahami dan mampu membantunya. Kemudian, mereka juga membutuhkan pendidikan yang diperuntukan khusus bagi kebutuhannya. Selain itu, anak memerlukan latihan kemampuan untuk bersosialisasi serta terapi wicara.
"Terapi sensori integrasi juga dapat berguna bagi anak-anak yang masih kecil untuk meminimalisir kondisinya yang terlalu sensitif. Sementara itu, untuk anak-anak yang lebih tua dapat mendapatkan terapi kognitif atau psikoterapi,” papar Ozbayrak. (ri)
Dukungan besar dari orangtua serta lingkungan keluarga dan sekitarnya sangat membantu perkembangan penderita sindrom asperger. Meskipun mengalami kelainan tapi penserita sindrom asperger tetap bisa membanggakan atau berprestasi, karena biasanya memiliki kelebihan di bidang lain jika dibandingkan dengan orang yang normal.
Orang tua yang anaknya menderita Asperger pun harus didukung. Mereka harus didukung dengan pengetahuan yang memadai tentang anaknya. Pengetahuan tersebut bisa didapat melalui kelompok-kelompok khusus bagi orang tua yang memiliki masalah serupa, agar mereka bisa saling berdiskusi bertukar pengalaman. Serta memungkinkan mereka untuk mendapatkan pelayanan-pelayanan khusus.
Penanganan untuk anak Asperger
Menurut Attwood (2002), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala yang dimunculkan oleh seseorang yang mengalami gangguan Asperger, antara lain:
1) Bila ada gangguan perilaku sosial, pelajari cara untuk:
·          Mengawali, memelihara, dan mengakhiri permainan kelompok
·          Bersikap fleksibel, kooperatif, dan mau bebagi
·          Mempertahankan kesendirian tanpa mengganggu orang lain
·          Jelaskan tindakan yang semestinya dilakukan oleh anak
·          Doronglah seorang teman untuk bermain dengan anak di rumah
·          Daftarkan anak di perkumpulan-perkumpulan atau kelompok-kelompok
·          Ajari anak untuk mengamati anak-anak lain untuk menunjukkan hal yang harus dilakukan
·          Doronglah permainan-permainan yang kompetitif dan kooperatif
·          Doronglah anak untuk menjalin persahabatan yang prospektif
·          Sediakan hiburan di saat-saat istirahat
·          Sediakan guru pendamping
·          Gunakan kisah-kisah tentang sosial untuk memahami petunjuk-petunjuk dan tindakan-tindakan bagi situasi-situasi sosial tertentu
2) Bila ada masalah bahasa, bantu anak untuk pelajari :
·          Komentar-komentar pembuka yang tepat
·          Cara untuk mencari bimbingan ketika mengalami kebingungan
·          Dorong rasa percaya diri untuk mengatakan, ‘saya tidak tahu’
·          Ajari petunjuk-petunjuk tentang saat untuk membalas, menginterupsi, atau mengubah topik
·          Tunjukan model ulasan-ulasan yang simpatik
·          Berbisiklah di telinga anak tentang ucapan yang harus dikatakan kepada orang lain
·          Gunakan kisah-kisah tentang bermasyarakat dan percakapan dalam bentuk komik sebagai suatu representasi lisan atau piktoral pada tingkat komunikasi yang berbeda
·          Mengajarkan bahwa komentar atau instruksi dapat disalahtafsirkan
·          Ajarkan bagaimana memodifikasi tekanan, irama, dan nada untuk menekankan kata-kata kunci dan emosi-emosi terkait
3) Pada masalah minat dan rutinitas :
·          Akses terkontrol untuk membatasi durasi kegemaran
·          Ajari konsep waktu dan jadwal untuk menunjukkan rangkaian aktivitas
 4) Masalah koordinasi motorik yang kikuk, bantu anak untuk :
·          Memperbaiki keterampilan-keterampilan menangkap dan melempar bola sehingga anak bisa turut bermain bola
·          Menggunakan perangkat permainan di taman bermain dan tempat berolahraga
·          Pengawasan dan dorongan untuk memperlambat tempo gerakan
·          Merujuk pada ahli kesehatan yang relevan 
5) Pada masalah kognisi, Bantu anak untuk  :
·          Belajar memahami perspektif dan pikiran-pikiran orang lain dengan menggunakan permainan peran dan instruksi-instruksi
·          Dorong anak untuk berhenti memikirkan perasaan orang lain sebelum mereka bertindak atau berbicara
·          Belajar untuk meminta pertolongan, terkadang menggunakan sebuah kode rahasia
·          Periksa apakah anak menggunakan strategi yang tidak konvensional dalam membaca, menulis, atau berhitung
·          Hindari kritik dan omelan
6) Masalah kepekaan sensoris
·          Minimalkan bunyi yang ada di sekitar kita, khususnya bila sejumlah orang berbicara pada waktu yang sama
·          Lakukan terapi integrasi sensoris
·          Kurangi sensitivitas pada area tertentu dengan menggunakan pemijatan dan vibrasi
·          Hindari cahaya yang terlalu terang
·          Dorong anak untuk melaporkan rasa sakit yang dialami tubuhnya
Salah satu sumber penting adalah akses untuk bantuan dan pengajaran di kelas, khususnya di sekolah dasar. Memungkinkan program yang membutuhkan layanan seorang guru bantu yang dialokasikan bagi anak tertentu. Peranan mereka penting dan memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
·          Mendorong anak agar mampu bersosialisasi, fleksibel dan kooperatif jika bermain atau bekerja dengan anak-anak lain.
·          Membantu anak mengenali aturan berperilaku.
·          Menyediakan pengajaran tentang perasaan-perasaan dan persahabatan.
·          Mendorong keterampilan-keterampilan percakapan.
·          Membantu anak mengembangkan dan menerapkan minat-minat khusus sebagai cara untuk memperbaiki motivasi, bakat serta pengetahuan.
·          Mewujudkan sebuah program untuk memperbaiki sebuah keterampilan motorik kasar dan halus.
·          Mendorong pemahaman tentang perspektif-perspektif dan pikiran-pikiran lain.
·          Menyediakan bimbingan pemulihan untuk permasalahan belajar yang spesifik.
·          Membuat anak dapat mengatasi kepekaan pendengaran serta sentuhan.
Guru bantu akan menerapkan sebuah program yang dirancang oleh guru (utama) dan ahli terapi atau spesialis yang relevan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan perilaku, social, linguistic, gerak, dan sensoris.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar